berita politik

  • Antara Akom dan Setnov

    Jejaring konsep Setya Novanto yang diekstrak dari rekaman debat kandidat ketua umum Partai Golkar 11 Mei 2016.

    Jejaring konsep Setya Novanto yang diekstrak dari rekaman debat kandidat ketua umum Partai Golkar 11 Mei 2016. Warna mewakili kluster konsep, sedangkan ukuran menunjukan seberapa sentral posisi konsep tersebut berdasarkan nilai indeks betweenness.

    Apa yang membedakan dari 8 kandidat ketua umum dalam Munas Partai Golkar kali ini? Tentu akan ada banyak aspek yang dapat dikaji, mulai dari kekuatan finansial, dukungan politik hingga jaringan pertemanan. Salah satu hal yang penting untuk dikaji adalah visi dan konstruksi pemikiran para kandidat, yang terekam dalam debat kandidat tanggal 11 Mei 2016.

  • Analisis Teks Debat Kandidat Ketua Umum Golkar

    Jejaring konsep dalam teks debat kandidat ketua umum Partai Golkar 11 Mei 2016.

    Jejaring konsep dalam teks debat kandidat ketua umum Partai Golkar 11 Mei 2016. Warna mewakili kluster konsep. Ukuran menunjukan seberapa sentral posisi konsep tersebut berdasarkan nilai indek betweenness. Semakin tebal relasi antar kata berarti semakin sering kata-kata tersebut digunakan dalam konteks yang sama. Kata-kata yang terhubung secara erat membentuk kluster konsep.

    Debat publik bukanlah hal baru dalam kontestasi politik. Namun ia menjadi sebuah inovasi politik yang menarik ketika menjadi bagian dari proses pemilihan ketua umum partai politik. Apalagi jika proses ini dapat ditonton langsung oleh masyarakat di televisi. Apresiasi perlu diberikan kepada Partai Golkar yang telah memulai tradisi yang baik ini.

  • Krisis Partai Politik: Adaptasi Setengah Hati

    Tren evolusi penggunaan kata partai politik, masyarakat sipil, serikat buruh dalam Google N-gram.

    Tren evolusi penggunaan kata partai politik, masyarakat sipil, serikat buruh dalam Google N-gram. Data ini menjadi proksi untuk melihat evolusi partai politik.Terlihat ada 3 fase penting: fase kelahiran-kenaikan (RISE) 1820-1920, fase dominasi (HEGEMONY) 1920-1980, fase menurun (DECLINE) 1980-sekarang.

    Partai politik mulai gelisah dengan gejala krisis global partai politik. Seminar diadakan untuk membahas tren demokrasi representatif di masa depan. Para pakar diminta berbicara tentang media sosial dan kegunaannya dalam politik, juga karakteristik politik generasi Y dan Millenial yang semakin dominan dalam struktur demografi masyarakat.

  • Membaca Angin "Reshuffle"

    StreamGraph volume pemberitaan isu “reshuffle” untuk setiap partai.

    StreamGraph volume pemberitaan isu “reshuffle” untuk setiap partai. Setiap warna sinyal mewakili partai politik yang berbeda. Luas area dari sinyak menunjukan jumlah pemberitaan tentang reshuffle yang terkait partai tertentu.

  • Krisis Partai Politik: Gejala Global

    Perubahan rasio keanggotaan partai politik terhadap jumlah pemilih di 9 negara Eropa.

    Perubahan rasio keanggotaan partai politik terhadap jumlah pemilih di 9 negara Eropa. Garis biru tebal adalah nilai rata-ratanya untuk sejumlah pemilu di 9 negara tersebut.

    Harus diakui bahwa geliat publik di media sosial beberapa tahun belakangan telah berhasil memunculkan arus baru dalam perpolitikan Indonesia. Media sosial menjadi semacam kanal aspirasi alternatif di luar institusi konvensional demokrasi yang ada. Hal ini tentu sangat positif bagi perkembangan demokrasi. Tapi ia bisa menjadi mimpi buruk bagi partai politik sebagai otoritas demokrasi konvensional.

  • Demokrasi Rasa Oligarki: Kesenjangan Elit Politik di Indonesia

    Diagram alir perpindahan elit politik.

    Diagram alir perpindahan elit politik antar kelas politik seiring waktu. Ketebalan aliran proporsional terhadap kuantitas elit yang berpindah. Warna mewakili 3 kelas politik. Biru: high atau 5% elit politik teratas. Kuning: middle atau 6-40% elit politik teratas. Merah: 60% elit dengan popularitas terendah. Hitam: elit politik yang baru muncul ke permukaan.

    Para pengisi panggung politik Indonesia dalam satu dekade terakhir tidak banyak berubah. Beberapa nama baru yang tiba-tiba sangat bersinar memang jadi pengecualian. Tapi tetap saja tidak signifikan dibandingkan mayoritas lainnya, yang itu-itu saja.

  • Menguji Ketangguhan Gerakan Maya “Anti-Jokowi”

    Hasil simulasi ketahanan jaringan anti-Jokowi terhadap serangan.

    Hasil simulasi ketahanan jaringan Gerakan Anti-Jokowi terhadap serangan berdasarkan data percakapan partisipan gerakan di Twitter. Serangan dilakukan secara acak maupun terarah, baik terhadap pengguna yang menjadi sumber informasi, pengguna sebagai perantara informasi, dan pengguna yang memiliki pengaruh. Dampak terbesar dicapai oleh serangan terarah terhadap sumber informasi dan pengguna berpengaruh.

    Gerakan protes politik bukan hanya soal jumlah partisipan, namun terkait juga dengan faktor pengorganisasian. Tanpa pengorganisasian yang baik, gerakan politik akan rentan terhadap gangguan, mulai dari rasa bosan dari partisipan hingga faktor represi penguasa.

  • (Gerakan) “Anti Jokowi” di Media Sosial

    Peta jejaring percakapam dalam hashtag #366daysJokowiJKfails.

    Peta jejaring percakapam dalam hashtag #366daysJokowiJKfails. Mayoritas spam user berada di luar jejaring utama karena perilakunya yang cenderung monolog atau hanya berdialog dengan sesama spam user.

    Beberapa waktu lalu sejumlah hashtag “anti jokowi”, menjadi trending topic di Twitter. Ada pihak yang bangga menyebutnya sebagai demonstrasi “jempol rakyat”, ada juga yang cemas mengkhawatirkan dampaknya.

lagi