Selamat Datang di BFINews ยง

Data yang tercatat secara digital terus meningkat tajam, dan akan terus dan terus tumbuh.

Tahukah Anda, bahwa lebih 90% data yang ada di sepanjang sejarah peradaban manusia di Planet Bumi hanya dihasilkan dalam 2-3 tahun terakhir?

20150127-home-data_volume.jpg

Wow! Amboi! Besar nian! Luar biasa tanpa kita menyadarinya.

Hari ini, konsumen data juga memiliki peran aktif sebagai produsen. Pembaca juga menjadi penulis. Manusia sosial terwakili oleh akun-akun media sosial. Dan sebentar lagi, motor hingga kompor pun akan ikut mencetak data dalam jumlah yang tak terperi sebelumnya.

Era informasi dan revolusi digital di awal milenia ini telah memberikan berbagai perubahan yang sangat signifikan dalam kehidupan modern. Kehausan akan informasi melonjak.


Penyelidikan atas data dan informasi dalam bentuk praktik intelijen tak hanya mengundang apresiasi di dunia ketentaraan, tapi juga dinamika sosial dan pengambilan kebijakan masyarakat sipil. Pemenang bukan lagi yang terkuat, tercepat, terkaya, melainkan siapapun yang mendapatkan informasi terbaik atas telaah data. Dari meja negosiasi bisnis hingga medan pemilihan umum, semua merasakan dampaknya.

20150127-home-data-sci.jpg

Dan dunia sains pun mengalami keinsyafan atas revolusi sosial yang dipicu letupan di teknologi informasi.

Sains tak lagi menjadi penentu pola besaran, ukuran, dan dimensi data yang dianalisisnya. Justru variasi data yang begitu besar, kecepatan produksi data yang begitu tinggi, dan volume data sebagai bit-bit informasi yang meraksasalah, yang menuntut sains untuk berubah dari dalam dirinya sendiri. Dari datalah, sains menemukan kembali dirinya: mulai perumusan, pengembangan, pengujian, hingga penerapan.

Dan dunia sains pun (seolah) menyaksikan lahirnya sebuah domain baru: DATA SCIENCE, ILMU DATA.

Revolusi senyap terjadi dengan ilmu data. Bukanlah teori bertubi-tubi yang menentukan mana derau mana informasi, melainkan karakteristik datalah yang menentukan konstruksi teori demi mendapatkan penjelasan, kejelasan, pemahaman.


Bandung Fe Institute, BFI, yang berdiri semenjak dimulainya revolusi digital pada tahun 2002, telah memulai kajian ilmu data lewat kajian kompleksitas, karena perspektif kompleksitas memulai segala sesuatu dengan data. Karakteristik data akan menentukan metodologi apa yang akan diterapkan demi mengambil saripati informasi dari seliweran dan tumpukan data itu.

Ada empat domain kerja yang saat ini bekerja kolaboratif di BFI: departemen terkait riset-riset sosiologis, ekonomis, pemodelan dinamis, dan sains kognitif. Semuanya bekerja dengan metodologi masing-masing, namun saling kait-mengait demi memperoleh informasi dari pemrosesan data.

20150127-home-jaringbfi.jpg

Kecepatan data yang terkumpul dari berbagai proksi unit-unit data-mining yang terbangun di Bandung Fe Institute selama ini telah menuntut pentingnya kecepatan menginformasikan berbagai temuan dari kajian ilmiah tersebut, senada seirama dengan visi Bandung Fe Institute yang ingin menajamkan pengambilan kebijakan melalui kajian ilmiah.

Inilah motivasi di balik BFINews: melaporkan dengan cepat, tuntas, dan bernas; hasil-hasil kajian penelitian atas berbagai data yang ada di bawah mikroskop penelitian di Bandung Fe Institute.

Jika selama ini peneliti BFI berkutat dengan pelaporan yang bertumpu ke masyarakat ilmiah, BFINews melaporkan temuan-temuan yang didapat kepada khalayak yang lebih luas. Dengan kata lain, BFINews adalah media informasi atas eksplorasi kompleksitas sosial berdasarkan kajian atas data, tentang dan oleh Indonesia.

BFINews


data science journalism Indonesia
menghadirkan reportase investigasi ilmiah atas data
demi cara pandang baru melihat Indonesia