Jagat Youtuber Indonesia: antara kompetisi & kolaborasi

2023-04-10 14:09:07 GMT · oleh hokky · hiburan

youtubesphere.png

Pemetaan akun-akun podcast Youtube terpopuler Indonesia hingga Maret 2023 berdasarkan sentralitas jejaring following antar channel

Dunia menyaksikan bahwa ruang talkshow, perbincangan, gosip & cengkerama populer tak lagi dimonopoli oleh kantor berita, stasiun televisi, stasiun radio. Pegembangan berbagai protokol telekomunikasi yang makin hari senantiasa memperlebar bandwidth menjadikan media sosial tak hanya berisikan ekspresi tekstual, namun juga berwujud audio & video. Namun “anarki” & aspek egaliter dari semua akun-akun media sosial tak bertahan lama, karena sifat alami dari interaksi sosial senantiasa melahirkan hirarki, pola kasta, & pemeringkatan hingga otoritas informasi dari akun-akun tersebut.


Memeringkatkan secara statistik kanal yang diikuti oleh akun-akun Youtube meununjukkan bahwa terdapat semacam mekanisme yang menjadikan hanya segelintir kanal Youtube yang diikuti sekaligus merebut perhatian publik penonton dan pendengar podcast di Youtube. Fakta ini seolah menjadi resonansi pernyataan sosiologis seabad lalu seorang Robert Michels, bahwa oligarki sebagai (iron law), kehadirannya tak terhindarkan dalam organisasi demokrasi.

rankyoutubesphere.png

Distribusi perhatian publik: hanya segelintir kanal yang mendapatkan perhatian mayoritas publik

Di youtube, jejaring itu terbentuk secara eksplisit melalui mekanisme subskripsi kanal, baik antara akun yang sekadar menjadi penonton dan akun-akun kreator maupun antar akun kreator. Secara implisit, jejaring terbentuk ketika audiens berpindah dari satu konten ke konten lain, memunculkan keterhubungan antar konten berdasarkan perilaku penonton.

Selanjutnya, di sinilah peran algoritma Youtube sebagai penguasa tunggal jagat informasi videocast yang membaca pola-pola relasional tersebut dan merekomendasikan konten yang “sesuai” dengan yang diinginkan penonton.

Dalam ekosistem informasi, perhatian penonton adalah sumber daya terbatas yang diperebutkan para kreator. Algoritma yang disiapkan penyelenggaran sistem informasi Youtube membantu penonton mengalokasikan perhatian-nya secara efisien, dan tidak proporsional pada kanal-kanal yang tersedia.

Mekanisme “rich get richer” pun bekerja, kanal dengan subscriber besar semakin berpeluang mendapatkan view yang makin besar, dan memperkuat hirarki antar kanal. Seperti halnya dalam kehidupan ekonomis, andaikan kita me-reset semua kekayaan individu, maka dalam waktu yang relatif tak lama, “tangan-tangan tak kelihatan‘ akan memunculkan kelompok-kelompok si kaya dan si miskin: oligarki dan otoritas pun muncul.

Namun seperti halnya perjuangan melawan oligarki sejatinya bukanlah menghilangkan oligarki, melainkan upaya evolusioner (dan revolusioner) menemukan strategi mencapai keadilan. Kompetisi tak terhindarkan, dan keadilan adalah ketika strategi kompetisi yang berbarengan kolaborasi senantiasa dimungkinkan.

Para kreator konten Youtube ber-strategi, tidak melulu melalui drama atau liputan atas isu-isu hangat, tapi juga melalui kolaborasi untuk mendorong terjadinya cross-audience antar kanal. Saling mengunjungi antar kreator adalah hal yang umum kita lihat di kalangan para seleb-gram, tak terkecuali youtube-gram.

Melakukan diversifikasi kanal dalam satu payung manajemen adalah strategi lainnya. Dengan kata lain, setiap kanal akan semakin besar dengan ber-kolaborasi dengan kanal besar lain-nya. Dan rich club pun terbentuk.

Namun sedikit catatan, bahwa jumlah subscriber tak menjadi satu-satunya metrik otoritas informasi di kalangan rich club tersebut. Sebagaimana ditunjukkan dalam pemetaan Jagat Youtuber terpopuler di Indonesia tersebut, bukan akun yang serta-merta memiliki follower/subsciber terbanyak yang mejadi sentral/otoritas informasi terkuat, namun karakteristik siapa yang menonton/men-subscribe akun tersebut. Hal ini pada akhirnya ditentukan apa dan bagaimana isi konten yang diketengahkan si konten kreator tersebut dalam kaitannya dengan akun-akun/kanal-kanal lain. Kompetisi antar kreator konten pada akhirnya harus diimbangi dengan kolaborasi antar mereka.

Mari menonton Youtube-nya orang Indonesia!


Ardian Maulana & Hokky Situngkir
Departemen Sosiologi Komputasional
Bandung Fe Institute