Tentang Pemilu USA 2020
2020-11-10 06:29:01 GMT · · politik
Keriuhan panggung politik sepertinya tak pernah berhenti. Setelah Pemilu Presiden Indonesia 2019 yang super gaduh, kini berlanjut pada keriuhan di tingkat daerah, yaitu pemilihan kepala daerah (pilkada). Di era pandemi, ini menjadi hiburan tersendiri, khususnya bagi para pemerhati politik. Namun tulisan ini tidak menyoal politik Indonesia. Ini tentang pemilu di negeri Paman Sam, Amerika Serikat.
Pemilu presiden AS 2020 dipandang banyak pihak sebagai salah satu momen historis dalam sejarah politik AS. Voter turnout diperkirakan mencapai 65% dari total pemilih, merupakan yang terbesar sejak tahun 1908. Kamala Harris adalah perempuan, kulit hitam, dan keturunan Asia-Amerika pertama yang akan menjabat posisi Wakil Presiden. Namun yang paling disambut sukacita oleh warga dunia adalah kekalahan petahana Donald Trump, sosok yang dipandang berkontribusi besar pada ketidakstabilan tatanan global dalam 4 tahun terakhir.
Selain dari itu, lanskap politik AS sepertinya tidak banyak berubah.
Hasil exit poll menunjukan profil pemilih masing-masing kandidat. Bukan hal yang mengejutkan jika kandidat dari partai Demokrat mendapat dukungan yang signifikan dari pemilih kulit berwarna, dan kalangan muda.
Namun cerita tentang lanskap politik AS tidak tergambar secara tuntas dalam hasil exit poll. Ada faktor non-stasionaritas spasial yang membuat indikator-indikator global dari data-data sosial memiliki perilaku yang tidak seragam, bahkan mungkin berkebalikan, ketika direpresentasikan secara spasial.
Faktanya, aktivitas politik memiliki karakteristik spasial kompleks yang kuat. Interaksi aktor-aktor dalam ruang geografis yang beragam membuat faktor-faktor politik bervariasi namun terkait satu sama lain secara spasial. Kita menggunakan metrik berbasis Renyi Entropy untuk mengkuantifikasi mutual information antar variabel politik di setiap titik unit spasial. Dengan cara ini kita dapat menentukan sejauh mana nilai sebuah variabel bergantung pada, atau dipengaruhi oleh, dan bervariasi bersama nilai variabel lain lintas ruang geografis.
Apakah perolehan suara kandidat Demokrat pada AS 2016 (Hillary Clinton) dan 2020 (Joe Biden) dipengaruhi oleh variabel ETHNICITY Black dan White? §
Ya, exit poll sudah menunjukan hal tersebut. Namun pengaruhnya bervariasi lintas unit spasial (county). Hubungan positif antara suara Joe Biden dan populasi Black sangat kuat terjadi pada mayoritas county di belahan timur Amerika Serikat. Berbeda dengan sejumlah county di bagian Barat Laut yang hubungan lebih lemah. Beberapa county di bagian tengah bahkan tidak menunjukan pengaruh yang signifikan sama sekali.
Hubungan yang sebaliknya terjadi antara suara Joe Biden dengan populasi White, dengan pola spasial yang sedikit berbeda. Tidak hanya county di bagian Timur saja, kedua variabel tersebut menunjukan hubungan negatif yang signifikan di semua county di belahan Selatan, dan sejumlah county di Utara Amerika Serikat.
Lebih jauh, warna ungu yang domanan pada peta, dibandingkan warna cokelat tua dan hijau tua, mengindikasikan bahwa pola spasial 2020 relatif tidak berubah jauh dari 2016.
Apakah hubungan antara perolehan suara kandidat Demokrat dan faktor umur juga memunculkan segregasi spasial? §
Seperti telah tergambar di exit poll, variasi spasial populasi AGE1529 dan AGE65+ menunjukan pemilih generasi Y dan Z cenderung memilih Biden, sementara generasi Boomers cenderung memilih Trump. Namun hal ini hanya dominan terjadi pada wilayah-wilayah di bagian Tengah, memanjang dari Utara ke Selatan Amerika Serikat.
Sebagaimana faktor etnis, pola spasial dari faktor umur terhadap perolehan suara di Pemilu AS 2020 relatif tidak berbeda dengan pola spasial 2016. Dengan kata lain, tidak terjadi perubahan pada lanskap spasial politik Amerika Serikat.
Tensi politik yang tinggi selama Pemilu 2020 ternyata tidak cukup kuat mengubah lanskap tersebut, sebagaimana yang pernah terjadi di dekade 1960-an. Namun berhasil mengintensifikasi ceruk-ceruk pemilih tradisional yang sudah ada, mendorong pemilih untuk berbondong-bondong menyalurkan hak pilih, dan mencetak rekor historis voter turnout tertinggi dalam 113 tahun terakhir.
SMI Capres Demokrat Pilpres US (fullscreen)
Ardian Maulana
Departemen Sosiologi Komputasional
Bandung Fe Institute