Menyibak Tabir Struktur Informal Partai Politik
2016-06-06 15:04:15 GMT · · politik
Struktur hierarki informal Partai Gerindra. Setiap lingkar orbital menunjukan lapisan hierarki. Lapisan paling dalam adalah lapisan dengan hierarki tertinggi.
“Who says organization, says oligarchy.“
–Michels, 1911
Kekuasaan secara praktikal selalu dijalankan oleh segelintir orang. Bahkan dalam sistem yang sangat demokratis sekalipun. Proses delegasi kuasa dan birokratisasi keputusan harus dilakukan agar sistem dapat berjalan secara efisien. Sistem demokrasi kemudian memunculkan model perimbangan kekuasaan (check and balances) dan periodisasi kekuasaan melalui pemilu, untuk mencegah terjadinya penumpukan dan pewarisan kekuasaan.
Memahami struktur kuasa dalam partai politik bukanlah hal yang mudah. Formasi dan hieraki posisi seringkali tidak memberikan informasi siapakah “segelintir orang” yang berperan sebagai oligarch dalam organisasi politik. Jejaring informal antar aktor politik seringkali jauh lebih kuat dan efektif dibanding struktur formal organisasi.
Relasi informal di satu sisi mampu meningkatkan efisiensi organisasi yang seringkali terhambat oleh proses birokrasi. Tapi di sisi lain, struktur informal ini bersifat parasitik, mengabaikan aturan main dan mengekploitasi organisasi untuk kepentingannya sendiri.
Kita menggunakan data pemberitaan partai politik di media massa selama 2 tahun 2014-2016 sebagai proksi untuk mengekstrak jejaring informal antar aktor politik. Kemunculan bersama dua aktor politik dalam sebuah pemberitaan, misalnya terkait sebuah isu atau kehadiran bersama dalam sebuah acara politik, memberikan indikasi adanya hubungan informal diantara keduanya.
Hierarki aktor politik tidak serta-merta tervisualisasikan dalam jejaring relasi aktor. Jejaring relasi antar aktor politik menginformasikan “siapa terhubung dengan siapa”. Kita melakukan proses “Core-Decomposition” untuk mengekstrak lapisan-lapisan hierarki “siapa yang lebih punya kuasa dari siapa”.
Gambar berikut menunjukan hierarki aktor politik yang divisualisasikan dalam bentuk lingkaran orbital. Setiap orbit mewakili lapisan hierarki. Lingkar orbital terdalam adalah orbit aktor dengan posisi hierarki tertinggi (cores).
Struktur hierarki informal PDIP dan Partai Golkar. Setiap lingkar orbital menunjukan lapisan hierarki. Lapisan paling dalam adalah lapisan dengan hierarki tertinggi (warna merah).
Ada perbedaan antara PDIP dan Partai Golkar. Jumlah lapisan hierarki yang dimiliki oleh Partai Golkar terlihat lebih banyak daripada PDIP. Hal ini dipengaruhi oleh dua hal, yaitu jumlah elit dan “power” yang dimiliki oleh masing-masing elit. Secara intuitif kita mengetahui “power” elit partai golkar relatif tidak terlalu jauh berbeda satu sama lain. Hal ini membuat hierarki antar elit terdistribusi dalam lapisan hierarki yang lebih banyak dibanding PDIP.
Perbedaan yang mencolok jika pola hierarki kedua partai tersebut dengan formasi lapisan hierarki dari partai Gerindra. Partai Gerindra tidak memiliki cukup banyak kader yang sering muncul di media massa dibanding PDIP dan Golkar. Sementara dari “power”, ada kesenjangan yang cukup jauh antar aktor di setiap lapisan.
Aktor dengan Hierarki Tertinggi (Cores) | ||
---|---|---|
PDIP | Golkar | Gerindra |
Megawati Soekarnoputri | Aburizal Bakrie | Prabowo Subianto |
Joko Widodo | Agung Laksono | Ahmad Muzani | Tjahjo Kumolo | Bambang Soesatyo | Edhy Prabowo |
Puah Maharani | Nurdin Halid | Fadli Zon |
Pramono Anung | Akbar Tandjung | |
Ade Komarudin | ||
Idrus Marham |
Tabel di atas menunjukan elit politik yang berada pada kasta tertinggi di ketiga partai. Tidak terlalu mengejutkan melihat nama-nama yang sudah diduga memiliki kuasa yang besar di internal partai.
Proses institusionalisasi partai yang tidak berjalan baik adalah hambatan terbesar partai politik Indonesia. Proses ini harus terus didorong agar partai politik dapat terhindar dari jeratan struktur informal dan dapat berkembang menjadi partai modern.
Ardian Maulana
Departemen Sosiologi Komputasional
Bandung Fe Institute