Antara Akom dan Setnov

2016-05-16 02:36:27 GMT · oleh Ardian Maulana · politik

Jejaring konsep Setya Novanto yang diekstrak dari rekaman debat kandidat ketua umum Partai Golkar 11 Mei 2016.

Jejaring konsep Setya Novanto yang diekstrak dari rekaman debat kandidat ketua umum Partai Golkar 11 Mei 2016. Warna mewakili kluster konsep, sedangkan ukuran menunjukan seberapa sentral posisi konsep tersebut berdasarkan nilai indeks betweenness.

Apa yang membedakan dari 8 kandidat ketua umum dalam Munas Partai Golkar kali ini? Tentu akan ada banyak aspek yang dapat dikaji, mulai dari kekuatan finansial, dukungan politik hingga jaringan pertemanan. Salah satu hal yang penting untuk dikaji adalah visi dan konstruksi pemikiran para kandidat, yang terekam dalam debat kandidat tanggal 11 Mei 2016.

Kita dapat menggunakan analisis jejaring teks untuk mengkaji hal ini, sebagaimana dibahas dalam artikel “Analisis Teks Debat Kandidat Ketua Umum Golkar”. Pendekatan ini digunakan untuk merepresentasikan data tekstual debat sebagai jejaring konsep, mengurai konsep yang relevan, serta mengidentifikasi kluster konsep yang menjadi fondasi visi kandidat.

Jejaring konsep Ade Komarudin yang diekstrak dari rekaman debat kandidat ketua umum Partai Golkar 11 Mei 2016.

Jejaring konsep Ade Komarudin yang diekstrak dari rekaman debat kandidat ketua umum Partai Golkar 11 Mei 2016. Warna mewakili kluster konsep, sedangkan ukuran menunjukan seberapa sentral posisi konsep tersebut berdasarkan nilai indeks betweenness.

Pada gambar jejaring konsep di atas terlihat perbedaan dan persamaan konsepsional antara Ade Komarudin (Akom) dan Setya Novanto (Setnov). Secara global apa yang disampaikan oleh Ade Komarudin dan Setya Novanto dalam debat kandidat tidak terlalu jauh berbeda. Konsep terpenting dalam teks Ade Komarudin adalah: negara—sejahtera—rakyat. Sementara konsep terpenting dari teks Setya Novanto adalah: sejahtera—rakyat—partai Golkar.

Kedua kandidat ini sama-sama menjadikan Visi Negara Kesejahteraan 2045 sebagai panduan Partai Golkar ke depan. Perbedaannya ada pada penjabarannya. Setya Novanto menyertakan strategi internal konsolidasi partai, trilogi pembangunan dan politik legislasi untuk mendukung implementasi visi negara kesejahteraan. Sementara Ade Komarudin mengkaitkannya dengan konsep welfare-state global, model kapitalisme lalu mengaitkannya dengan pengembangan UMKM.

Nilai betweenness, degree dan peran konsep dalam jaringan teks.

Nilai betweenness, degree dan peran konsep dalam jaringan teks.

Perbedaan tersebut terefleksi dalam kluster-kluster konsep yang terbentuk. Jejaring teks Ade Komarudin mengandung 3 kluster konsep: negara kesejahteraan, model kapitalisme, dan pengembangan UMKM. Sementara jejaring teks Setya Novanto tersusun atas kluster negara kesejahteraan, politik legislasi dan trilogi pembangunan.

Peta jarak antar kandidat.

Peta jarak antar kandidat. Ada 3 kluster kandidat dengan jejaring teks yang cenderung mirip.

Pendalaman pada jejaring teks, konsep penting dan kluster konsep membuat kita dapat melihat secara jernih perbedaan dan persamaan konstruksi pemikiran setiap kandidat. Hal ini dapat direpresentasikan oleh indikator nilai jarak yang menunjukan seberapa jauh perbedaan antar kandidat.

Dari nilai ini dapat diketahui bahwa jejaring konsep Airlangga Hartarto cenderung dekat dengan Mahyuddin. Ade Komarudin lebih dekat dengan Setya Novanto. Priyo Budi lebih dekat dengan Sahrul Yasin Limpo dan Indra Bambang Utoyo. Sementara itu posisi jejaring konsep Azis Syamsuddin berada cukup jauh dari kandidat lainnya.


Ardian Maulana

Ardian Maulana
Departemen Sosiologi Komputasional
Bandung Fe Institute