Pertarungan Strategi Pep vs Simeone
2016-05-02 03:37:08 GMT · · hiburan
Peta passing network Atletico Madrid dan Bayern Munchen.
Saul menerima bola, menggiringnya melewati Thiago, melewati Xabi, Bernat, lalu melepaskan tendangan melengkung, di antara Alaba dan Vidal, yang tak bisa dijangkau oleh Neuer. Goolll!. Gol cantik Saul di menit ke-11 hasil solo-run nampaknya tak membuat Bayern untuk mampu membalas di sisa pertandingan.
Bagi Simeone, menghadapi strategi ball possession bukanlah hal yang baru, di La Liga mereka sering bertemu dengan Barcelona. Bahkan di pertandingan terakhir, mereka berhasil menyingkirkan Barcelona dari ajang Liga Champions. Pertemuan Simeone dan Pep sendiri menjadi bumbu penyedap, walau tidak segurih Pep dengan Mou, dengan masing-masing mengusung strategi yang berbeda, bahkan berlawanan.
Ribery dan Muller
Pada pertandingan yang berlangsung di Estadio Vicente Calderon, Rabu kemarin, Pep Guardiola membangkucadangkan Ribery dan Muller, dan lebih memilih Coman dan Thiago untuk mengisi sayap kanan dan tengah. Strategi defensive dan high pressing yang dilakukan oleh Atletico rupanya memaksa Pep membuat beberapa keputusan, di antaranya dengan mencadangkan Ribery dan Muller.
Ribery yang selalu berkutat dengan cedera dan kebugaran fisik yang masih kurang menjadi alasan Pep lebih memilih Coman sebagai sayap kanan yang menggempur pertahanan Atletico yang dijaga oleh Gimenez dan Savic. Namun mengganti Muller dengan Thiago menimbulkan banyak pertanyaan, apalagi jumlah assists dan ketajaman Muller di Liga Champions di atas Thiago. Apakah Pep ingin mengorbankan ketajaman Muller dengan menyeimbangkan lini tengah?
Dalam passing network, terlihat ketiga gelandang tengah, segitiga Vidal-Xabi-Thiago, aktif memberikan umpan. Namun saling mengumpan ini menjadi tak efektif jika dilihat dari total attempts yang dilakukan oleh pemain Bayern Munchen. Hanya ada 1 tendangan yang menuju gawang yang dilakukan oleh Lewandowski sepanjang pertandingan.
Possession Minds vs Defensive Minds
Penguasaan bola yang dimiliki oleh Bayern Munchen mungkin tak aneh karena sesuai dengan filosofi Pep Guardiola yang mengutamakan possession football. Tapi jika dibandingkan dengan total attempts kedua tim yang berlaga, keduanya memiliki total attempts yang sama. Padahal Bayern Munchen memiliki 69 %, jauh jika dibandingkan dengan Atletico Madrid yang hanya memperoleh 31 % penguasaan bola. Lalu mengapa Bayern Munchen tidak mampu mengkonversi penguasaan bola tersebut menjadi gol, atau setidaknya menjadi peluang?
Peta network passing Bayern Munchen setiap pergantian pemain.
Jika kita melihat distribusi umpan yang dilakukan oleh pemain Bayern, maka terlihat jelas bahwa jumlah umpan yang dilakukan oleh Bayern Munchen banyak dilakukan oleh pemain belakang, Juan Bernat, David Alaba, Javi Martinez dan Philipp Lahm. Bahkan 3 pemain tertinggi dengan jumlah pengumpan terbanyak dimiliki oleh pemain belakang mereka, David Alaba, Javi Martinez dan Philipp Lahm.
Sedangan Filipe Luiz menjadi pengumpan yang terbanyak, diikuti oleh Koke, Gabi, dan Augusto Fernandez, ketiga yang terakhir adalah pemain tengah Atletico Madrid. Kemampuan bertahan dan menyerang yang dimiliki oleh Filipe Luiz juga menjadikan dirinya sebagai salah satu pusat penyerangan. Walaupun gol yang dicetak Saul di menit ke-11 berada di sisi kanan Atletico Madrid, namun sisi kiri Atletico Madrid lebih aktif dengan umpan-umpan yang dilakukan oleh Filipe Luiz.
Hal yang menarik adalah seringnya Filipe Luiz mengumpan langsung menuju Griezmann, salah satu penyerang Atletico Madrid. Hal yang tak bisa kita lihat dalam peta network passing Bayern Munchen, dimana Juan Bernat lebih sering mengumpan pada Costa terlebih dahulu sebelum mencapai Lewandowski.
Perbandingan persentase jumlah umpan (passing) Thomas Muller dan Thiago Alcantara (www.whoscored.com).
Jika Bayern ingin tetap fokus pada penguasaan bola, maka mengganti Muller dengan Thiago menjadi alasan yang wajar karena persentase umpan yang dimiliki Thiago di ajang Liga Champions tahun ini jauh melebihi Muller, 90.7% dibandingkan dengan 83.4%. Tapi tentunya ini menjadi pertimbangan bagi Pep karena penguasaan bola saja belum cukup jika tak bisa mengkonversinya ke dalam gol.
Memilih Thiago atau Muller mungkin menjadi perjudian Pep di pertandingan kedua yang akan dilaksanakan di Allianz Arena. Sedangkan bagi Simeone, tak ada yang lebih indah dari membiarkan lawan menguasai bola, menekan lawan hingga melakukan kesalahan, dan mencetak gol secepat mungkin ketika ada peluang. Seperti ular kobra yang diam mematung dan kemudian memberikan serangan mematikan di saat yang tepat.
Dadan Suhandana
Analis Media
BFI Technologies