Kita Perlu Bicara tentang Kevin

2016-04-18 06:26:19 GMT · oleh Rendra Suroso · hiburan

20160418-rdr-sahetapy-graph.png

Aktor daftar-A film Indonesia sepanjang masa berdasarkan keterhubungannya dengan aktor lain.

Seumur hidup Anda, pasti minimal ada satu film Kevin Bacon yang pernah Anda tonton. Beruntunglah Anda jika Anda penggemar beratnya karena begitu melimpahnya karyanya. Lebih beruntung lagi bila Anda seorang movie buff di awal 1990an karena waktu itu, Bacon sedang jaya-jayanya. Dia ada di mana-mana, dari layar lebar sampai iklan.

Inilah yang dulu dirasakan tiga mahasiswa Amerika Serikat, Craig Fass, Brian Turtle dan Mike Ginelli. Sebelumnya mohon dimaklumi, ini awal 1990an, jauh sebelum ada app untuk segalanya, belum ada Google, bahkan belum ada Internet untuk manusia biasa. Tapi dengan mudahnya, tiga mahasiswa tadi bisa menghubungkan sebarang aktor Hollywood dengan Kevin Bacon di luar kepala.

Bayangkan seseorang menyebut satu nama, “Keaton! Buster! Bukan Diane atau Michael, biar jauh sekalian,” dan salah satu dari ketiga mahasiswa tadi dengan enteng merespon, “Buster Keaton main di ‘Forever and a Day’ sama June Lockhart yang main di ‘The Big Picture’ bareng Bacon.” Permainan yang sangat potensial, dijamin bisa menghangatkan acara nongkrong bersama teman-teman Anda–kalau Anda hidup di jaman Keluarga Rahmat, Rumah Kedai atau Northern Exposure, tentu saja.

Lalu tibalah pertengahan 1990an, Internet untuk rakyat, dan kemudian, bentuk primitif dari Internet Movie Database. Ketika digabung dengan sebuah algoritma pencarian yang dipopulerkan ilmuwan komputer Edsger Dijkstra, maka tak lama setelahnya, lahirlah salah satu lelucon Internet paling fenomenal sepanjang masa: enam derajat Kevin Bacon.

Anda mungkin pernah mendengar istilah six degrees of separation, mulai populer di awal 1960an sejak eksperimen sosiolog Stanley Milgram. Di sinilah leluconnya didasarkan. Enam derajat Milgram dan enam derajat Bacon mirip. Derajatnya Milgram menghitung berapa kali kartu pos berpindah tangan dari teman ke teman hingga akhirnya sampai di alamat tujuan di manapun di pelosok Amerika Serikat. Derajat Bacon menghitung minimal berapa kali seorang aktor bermain di satu film hingga dia terhubung ke Bacon, seperti contoh di atas. Derajat ini biasa disebut Bacon Number.

Lantas, bagaimana dengan film Indonesia? Siapakah Kevin Bacon hanya untuk film yang diproduksi Indonesia?

Sentralitas aktor film (ko-)produksi Indonesia. Semakin rendah nilainya, semakin mudah pula seorang aktor menjadi penghubung dua aktor yang berbeda. Ring menunjukkan derajat. Semakin gelap warna ring, semakin banyak aktor di dalam derajat itu. Derajat lebih dari tujuh tidak ditunjukkan.

Bila Anda hubungkan satu aktor film nasional dengan lainnya, maka sangat mungkin hubung-menghubungkan ini melewati Ray Sahetapy lebih dari siapapun. Oleh karena itu, perkenalkan: Angka Sahetapy.

Berdasarkan data film Indonesia yang berhasil kami kumpulkan, Angka Sahetapy terbesar adalah 7. Angka terbesar ini disumbangkan hanya oleh dua aktor: Ku Fung Ma dan Lie A Tjip, yang sama-sama membintangi Si Tjonat, sebuah film bisu dari jaman kolonial. Nyaris tepat enam derajat. Jadi kita dapat enam±satu derajat Sahetapy kalau Anda berkenan menyebutnya demikian.

Dari keseluruhan aktor, ada sekitar 2,5% yang Angka Sahetapy-nya tidak terdefinisikan. Aktor-aktor ini tidak terhubung dengan Sahetapy atau lebih tepatnya, tidak terhubung sama sekali dengan jejaring besar perfilman Indonesia. Ini terutama terjadi pada aktor-aktor film semi-dokumenter, film pendek, atau film yang dikembangkan independen dari industri. Bila angka ini kita pakai untuk mendefinisikan film indie, maka sebenarnya produksi indie kita sangat kecil.

Sampai titik ini, seperti saya, mungkin Anda menduga bahwa sentralitas Sahetapy adalah indikasi bahwa perfilman masih setengah siuman, belum sepenuhnya bangkit dari pingsan 1990an. Mungkin pula Anda berspekulasi, perlu satu generasi lagi untuk menggeser pusaran ke seangkatan Reza Rahadian. Banyak dugaan bermunculan, terlebih ketika salah satu interpretasi dari metrik seperti ini adalah popularitas. Belum lagi ketika analisis kita hubungkan dengan awak produksi, dari penulis skenario sampai penata suara.

Kita sudahi bahas Bacon. Kita masih perlu banyak bicara seputar Angka Sahetapy kapan-kapan. Sampai saat itu, Om Ray titip pesan:


Rendra Suroso

Rendra Suroso
Dept. Cognitive Sciences
Bandung Fe Institute