Lagu Pop Kita Makin Mendayu-dayu(?)
2016-02-02 12:41:01 GMT · · hiburan
Dinamika emosi teks lagu “Sabda Alam” dari Chrisye.
Lagu pop modern senantiasa berkisah tentang perasaan hati. Ia menggelitik emosi melalui nada dan lirik. Penelitian tentang emosi (perasaan hati) yang direpresentasikan oleh kata (teks) memungkinkan kita untuk mengamati makna emosi dari sebuah lagu.
Kajian-kajian psikologi emosi mendapati bahwa emosi manusia pada dasarnya dapat ditelaah melalui dua dimensi: valensi (katakanlah α) dan intensitas ekspresi (katakanlah β). Ekspresi emosi kita cenderung menjelajahi lanskap yang ditentukan atas dua variabel tersebut.
Saat valensi emosional itu netral tapi sangat tinggi intensitasnya, yang muncul adalah ekspresi kaget. Valensi yang netral dengan intensitas yang rendah mengekspresikan nuansa fisiologis mengantuk, ingin sekali tidur. Rasa riang adalah paduan antara “kekagetan” dengan “rasa senang”, dan amarah merupakan bentuk paduan antara “kekagetan” dengan “rasa sedih”.
Kita sadar, bahwa emosi tak pernah datang secara tunggal. Ia selalu berbentuk paduan antara emosi yang satu dengan yang lain. Psikolog evolusioner dan ilmuwan neurosains berupaya keras untuk mengetahui apa yang jadi emosi dasar, dan kemudian membikin berbagai formalisasi bagaimana kira-kira ekspresi emosional tatkala emosi-emosi dasar ini berpadu-padan.
Satu kata yang dipilihkan dalam sebuah korpus tekstual, apalagi sebuah korpus estetis seperti lirik lagu, tentunya memiliki level-level valensi kesenangan dan intensitas gairah yang berbeda-beda. Flow sebuah lagu sebagaimana ditunjukkan dalam liriknya akan dapat menggambarkan “perjalananan” dari emosionalitas seniman tatkala lagu dinyanyikan dengan penghayatan yang tepat.
Dengan sebuah perangkat komputasi “Detektor Emosi Teks”, kita dapat melihat perjalanan emosional lagu berdasarkan kata-kata di dalam lagu tersebut. Lagu “Jarum Neraka” menggunakan kata-kata yang cenderung rendah intensitas ekspresi gairahnya, meski emosi “kejenakaan” membuat lagu tersebut memiliki keringanan tertentu saat dinyanyikan oleh Nicky Astria.
Dinamika emosi teks lagu “Jarum Neraka” dari Nicky Astria.
Demikian pula dengan lagu Sabda Alam yang secara keseluruhan lagu menyentuh sisi-sisi rasa bersyukur dan senang untuk semua nuansa gairah baik saat berintensitas tinggi maupun rendah sebagaimana dinyanyikan oleh Chrisye.
Dengan “Detektor Emosi Tekstual” inilah kita kemudian mencoba melihat dinamika emosi lagu-lagu populer kita, semenjak 1970-an hingga sekarang. Objek yang dianalisis tentunya mesti lagu-lagu populer juga. Di sini kita menggunakan daftar lagi populer dari Majalah Rolling Stone dan hasil event populer SCTV Music Awards.
Perkembangan rata-rata variabel akuisisi emosional intensitas gairah dan valensi kegembiraan dalam lagu-lagu pop Indonesia (1970-2011).
Dibandingkan generasi 1970-an, generasi sekarang lebih sering menggunakan kata-kata yang memberikan ekspresi rasa senang. Namun beberapa tahun belakangan ini, penggunaan kata untuk ekspresi rasa senang tersebut, juga makin dibarengi dengan kata-kata dengan valensi ekspresi yang berlawanan (rasa sedih). Secara umum, sebenarnya dapat dikatakan bahwa lagu-lagu pop industrial zaman sekarang lebih dalam mengeksploitasi kata-kata dalam penetrasi emosionalnya dibandingkan generasi sebelumnya.
Namun di sisi lain terdapat kecenderungan penurunan intensitas ekspresi kegairahan dari lagu-lagu populer kita. Ada kecenderungan bahwa lagu-lagu populer semakin “mendayu-dayu”, berdasarkan pemilihan kata yang digunakan.
Dibandingkan dengan masyarakat di belahan utara planet bumi kita ini, lagu-lagu pop industrial modern Indonesia memang masih sangat muda. Pemahaman kita akan emosionalitas tekstual kita dalam akuisisi bahasa Indonesia kita tentu merupakan kajian yang menarik dalam memperhatikan tren penggunaan kata dalam lirik lagu.
Hokky Situngkir
Departemen Sosiologi Komputasional
Bandung Fe Institute