Mengatasi Kebakaran Politik di Jakarta

2017-04-16 07:14:49 GMT · oleh Ardian Maulana · politik

forest fire model 1. Simulasi model kebakaran hutan dengan p/f=100

Musim pilkada meningkatkan suhu politik ibu kota Jakarta. Opini dan pilihan politik, pro dan kontra terhadap kandidat, “membakar” dan menjalar lintas wilayah, menghasilkan formasi wilayah dengan dukungan politik yang tinggi (hot spot) maupun rendah (weak spot) terhadap kandidat.

Bayangkan kita menyiramkan air ke sebuah titik dalam ruang spasial seluas Jakarta, yang sedang “terbakar” oleh opini pro dan kontra terhadap kandidat. Sejauh mana langkah tersebut mengurangi luas wilayah yang terbakar? Adakah wilayah-wilayah strategis yang harus dilindungi untuk mencegah “kebakaran” tersebut meluas menjangkau seluruh wilayah Jakarta?

Analogi kebakaran relevan untuk memodelkan penyebaran dukungan politik. Sebagaimana peristiwa kebakaran hutan, informasi, opini sampai pilihan politik pun memiliki sifat menjalar dalam ruang spasial. Sifat ini tergambar melalui hadirnya hubungan korelatif perolehan suara antar dua wilayah meski terpisah dalam jarak yang cukup jauh.

Statistika perolehan suara pemilu di Jakarta menunjukan bahwa sifat korelasi spasial ini mencapai jarak 7 km dengan rentang optimal antara 2.9 sampai 3.5 km. Artinya, “kebakaran” di suatu wilayah di Jakarta memiliki dampak pada wilayah disekitarnya yang ada dalam rentang jarak tersebut. Menariknya, angka ini stabil di setiap momen pemilu. Fenomena empiris ini tentu penting diperhatikan dalam kerja-kerja kampanye politik di lapangan seperti blusukan, mimbar bebas, dan sebagainya.

spatcor.png

2. Korelasi spasial dalam pilkada DKI 2016 putaran I

Percolation analysis yang menjadi basis model kebakaran hutan kita gunakan untuk mengekstrak jalur penyebaran dukungan terhadap kandidat di pilkada DKI 2016. Representasi visual dari proses penjalarannya ditunjukan pada gambar-gambar berikut ini.

ahy.png

3. Penjalaran dukungan terhadap AHY

Secara umum, penjalaran dukungan Agus Harimurti Yudhoyono dimulai dari arah Timur Laut Jakarta, menjalar ke seluruh wilayah Jakarta Timur, lalu tersambung dengan kluster wilayah di sebelah Barat dan Selatan Jakarta melalui Jakarta Pusat. Lonjakan luas wilayah dukungan terjadi secara signifikan pada saat wilayah-wilayah di Jakarta Timur bergabung dalam satu kluster wilayah yang lebih besar (gambar 4-5), juga pada saat kluster wilayah di Jakarta Timur bergabung dengan kluster wilayah di bagian Barat Jakarta (gambar 5-6).

ahok.png

4. Penjalaran dukungan terhadap Ahok

Penjalaran suara Ahok berlangsung dari 3 tempat yaitu dari kawasan Utara Jakarta, sejumlah lokasi di Jakarta Selatan, dan wilayah di bagian Tenggara Jakarta Timur. Luas wilayah dukungan mengalami lonjakan yang signikan pada saat kluster spasial yang tumbuh dari tiga titik awal tadi membesar dan kemudian bergabung dalam satu kluster bersama (gambar 4-5).

ab.png

5. Penjalaran dukungan terhadap Anies Baswedan

Pusat pertumbuhan utama wilayah dukungan Anies Baswedan ada di sepanjang perbatasan Jakarta Timur dan Selatan. Penjalaran dukungan bermula di wilayah tersebut ke arah bawah sampai perbatasan Jakarta Selatan dan Kota Depok. Perluasan wilayah dukungan terjadi secara signifikan pada saat kluster wilayah yang tumbuh di perbatasan Jakarta Barat dan Selatan serta kluster di kawasan Jakarta Timur bergabung membentuk kluster wilayah yang besar, melingkupi sebagian wilayah di sebelah Selatan dan Timur Jakarta (gambar 4-5-6).

Pola umum yang terbaca dari proses penjalaran dukungan kandidat di atas adalah sebagai berikut: “titik api” muncul di sejumlah lokasi, lalu tumbuh membesar membentuk kelompok-kelompok wilayah, yang kemudian bergabung membentuk kluster spasial yang lebih besar. Proses integrasi kluster terus terjadi sampai akhirnya melingkupi keseluruhan ruang spasial.

Pola ini memberikan insight penting tentang strategi intervensi untuk menghambat maupun memperbesar penyebaran dukungan politik terhadap kandidat dalam pemilu. Jelas terbaca adanya wilayah-wilayah yang penting, yaitu wilayah yang menjadi jembatan penghubung antar kluster ketika bergabung membentuk kluster spasial yang lebih besar. Wilayah-wilayah tersebut penting untuk diperhatikan karena memiliki resiko sistemik yang besar terkait dengan fenomena penjalaran dukungan politik dalam ruang spasial.

wilayah-penting.png

6. Wilayah penting di pilkada DKI 2016

Memadamkan kebakaran tidak mesti dengan cara menyiramkan air ke sumber apinya. Langkah ini bahkan cenderung naif dalam konteks politik. Jauh lebih efektif jika kita mengisolasi wilayah-wilayah yang terbakar, mencegah jangan sampai wilayah-wilayah tersebut menyatu dan menghasilkan kobaran api dukungan politik yang lebih besar.


Ardian Maulana

Ardian Maulana
Departemen Sosiologi Komputasional
Bandung Fe Institute