Pola Siklus Bisnis di Indonesia

2016-06-27 03:36:15 GMT · oleh Rolan M. Dahlan · ekonomi

Data empiris pertumbuhan GDP dan hasil smoothing dengan menggunakan fungsi spline.

Data empiris pertumbuhan GDP (current US$) Indonesia dari tahun 1971-2014 dan hasil smoothing dengan menggunakan fungsi spline, yang dikembangkan oleh Carl de Boor (2001).

Ekonomi bergerak seperti roda yang berputar. Kadang kita ada di atas, namun tak jarang berada di bawah. Pada periode ekspansi ekonomi tumbuh dengan sangat cepat. Sebaliknya, pada periode kontraksi ia mengalami stagnasi atau penurunan. Pemahaman atas pola siklus bisnis ini sangat penting dalam menentukan keputusan investasi atau membuat kebijakan ekonomi.

Siklus bisnis merupakan pola jangka panjang. Untuk dapat melihat pola jangka panjang tersebut, kita harus memisahkan noise dari efek fluktuasi jangka pendek yang dapat berpengaruh. Proses ini coba penulis lakukan dengan menggunakan algoritma smoothing spline, yang dikembangkan oleh matematikawan Carl de Boor (2001). Dari sini pola siklus bisnis yang ada dapat dilihat secara lebih jelas.

Pola kontraksi yang terjadi di Indonesia bervariasi. Pada tahun 1982-1987, kontraksi ekonomi tidak begitu dalam namun terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama. Pada tahun 1997-1999, kontraksi ekonomi sangat dalam namun terjadi dalam rentang waktu yang relatif lebih singkat.

Yang menarik adalah periode siklus bisnis ini relatif konstan, berkisar antara 15 sampai 17 tahun. Bahkan jika ditarik jauh ke peristiwa-peristiwa masa lalu, yang tidak terlingkupi oleh data yang ada, pola ini masih tetap konsisten. Rentang waktu ke krisis ekonomi 1965 atau krisis ekonomi 1950 tetap konsisten di antara 15 hingga 17 tahun.

Dari tahun 2012 hingga sekarang ekonomi mengalami kontraksi. Nilai GDP (current US$) mengalami penurunan. Polanya mirip dengan kondisi tahun 1982-1987, dimanan kontraksinya tidak begitu dalam namun terjadi dalam rentang waktu yang relatif lama. Pada saat yang bersamaan nilai tukar rupiah perlahan-lahan mengalami penurunan dari level 9000 menjadi 13.000 rupiah/US$.

Lalu kapan periode kontraksi ini akan berakhir? Jawaban atas pertanyaan ini sangat penting dalam menentukan keputusan investasi. Pelaku bisnis perlu mengetahui kapan momentum terbaik untuk melakukan ekspansi ke pasar, agar dapat memperoleh pertumbuhan yang optimal. Namun sayangnya, sangat sedikit analisis ekonomi yang mengulas mengenai hal ini.

Pada kesempatan ini penulis coba melakukan proyeksi kuantitatif berdasarkan karakteristik empiris siklus bisnis di Indonesia.

Evolusi GDP di 23 negara dan hasil fitting model kurva J.

Evolusi GDP (current US$) di 23 negara dan hasil fitting model kurva J oleh Damien Challet, dkk (2009).

Ekonofisikawan Damien Challet, dkk, (2009) melaporkan bahwa pada umumnya rentang waktu dan total nilai integral pada periode kontraksi lebih kecil daripada periode ekspansi. Nilai GDP secara dinamik pada akhirnya akan membentuk seperti huruf J asimetris. Pengecualian hanya terjadi saat transisi ekonomi di beberapa negara Eropa Timur, pasca runtuhnya Uni Soviet.

Dinamika GDP di Indonesia dan hasil fitting model kurva J.

Dinamika GDP di Indonesia dan hasil fitting model kurva J.

Karakteristik huruf J asimetris tersebut juga penulis konfirmasi di data empiris Indonesia. Jika pola ini tetap bertahan ke depan maka kemungkinan besar dalam 1-2 tahun ke depan ekonomi Indonesia akan kembali memasuki fase ekspansi.

Untuk itu mari kita bersiap menyongsong era harapan baru.


Rolan M Dahlanr

Rolan M. Dahlan
Departemen Ekonomi Evolusioner
Bandung Fe Institute